Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Ciri-ciri orang Menyebalkan

Berikut ini adalah ciri-ciri orang meyebalkan menurut penulis: Kalau disajikan hidangan, malah mencari hidangan yang tidak ada, atau berkata ada kata "tapi". Contoh, dimasakkan sayur lodeh, malah mencari sambel pecel, atau berkata "Sayurmu enak Bu, tapi kurang asin..." Menasehati yang dia sendiri tidak bisa melaksanakannya. Contoh dia memerintah "Bangun-bangun, shoalt subuh?" kepada anaknya, padahal dia bangun setelah matahari muncul. Banyak tidak disukai orang karena perkataannya dan selalu merasa tertindas, padahal apa yang dilakukannya yang membuat orang tega menindas dirinya. Jika melakukan pembicaraan kesepakatan, seringkali berakhir dengan kesalah-pahaman, terutama dari dia sendiri. Sering salah sendal, atau mencopotkan  karet sendal ketika ke masjid. Kalau dipanggil, sebenarnya dia mendengarkan, tapi tidak merespon.

Ketika Si B Marah karena Nelongso

Suatu hari, ada dua orang yang bertengkar antara A dan B. A melakukan kesalahan, tidak sopan kepada mertuanya, yang nyatanya adalah ibunya si B. B marah, karena menganggap A tidak sopan, meskipun dia kakak ipar perempuannya. Kesalahannya tersebut adalah, si A suka marah ke anak-anaknya, terutama waktu pagi-pagi ketika anaknya mau berangkat sekolah. Bener marah dan itu di rumahnya sendiri, tapi rumahnya satu tembok dengan rumah tetangga, dan tetangganya adalah tidak lain mertuanya sendiri. Apakah sopan jika mertuanya disuruh mendengarkan tiap hari? Apalagi anak adalah cerminan 3D orang tuanya sendiri. Ketika anak nakal, sulit diatur, atau melakukan kesalahan lainnya, bisa jadi masa kecil orang tuanya itu sendiri dulu juga seperti itu. Dan jika benar, harusnya malu, bukan malah marah sampai teriak-teriak mengganggu tetangga. Oleh karena itu, B marah dan membiarkan A sampai berhari-hari meski tahu kalau mendiamkan sesama muslim yang lain, lebih dari tiga hari tidak diterima sholat d

Pentingnya Aspek Keturunan dalam Pernikahan

Gambar
Mencarikan jodoh untuk anak, dari segi aspek keturunan, ternyata tidak hanya berdasar pada kondisi materi atau kebangsaan silsilah sang calon. Namun juga harus dilihat dari sifat atau watak sang calon. Sifat " malas" misalnya. Tentu orang tua yang mempunyai seorang menantu laki-laki yang malas untuk kerja. Atau seorang menantu wanita yang malas mengurus rumah tangganya. Terlebih jika keturunan yang dihasilkan dari pernikahan menurun sifat pemalasnya. Mau seperti apa masa tua anaknya itu, dengan putra putri pemalas. Oleh karena itu, pertimbangan orang tua terhadap calon menantunya tidak hanya sebatas masalah agama saja, tetapi perlu dilihat seperti apa watak sebenarnya sang menantu, rajin, tekun, pendiam atau semacamnya.