Postingan

Godaan Setan dari Memandang Istri Orang

Selepas sholat Ashar, dan Azam masih duduk-duduk di masjid. Tanpa niat apapun, Azam melihat ke arah seorang laki-laki dan anak yang berjalan tidak jauh di depannya. Tiba-tiba, lelaki itu berhenti, tampak berbicara dengan seorang ibu guru yang dikenal Azam. Bu guru itu adalah Bu Marwa, teman kerja Azam disekolah. Azam baru ingat, bahwa laki-laki itu pernah Bu Marwa sendiri kenalkan kepadanya, dulu. Tetapi, yang membuat Azam canggung, "Aih...pakek nglihat segala" kata hati Azam, melihat Bu Marwa seperti membalas melihat kearahnya. Azam memalingkan pandangan, dan memang dia seorang yang mudah besar kepala. Sudah setahun lebih, Azam mengenal ibu guru itu. Mereka saling kenal, dari pertemuan yang tak biasa. Karena Azam hanya bekerja sebagai freelance, dan dia tidak memiliki ruangan, Azam sering kali bekerja di laboratorium bahasa, jika laboratorium sedang tidak di pakai. Sedangkan Bu Marwa, memang sudah sering menggunakan laboratorium itu,

Kejahatan dari Kepintaran yang Bodoh

Korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan. Mungkin sudah sering kita didengar, para pelaku korupsi bukanlah orang bodoh. Gelar mereka tidak hanya S1, bisa jadi sampai ada yang bergelar Profesor. Tetapi mereka tetap saja korupsi. Kejahatan bodoh orang pintar lainnya, adalah orang yang menggunakan kepintarannya bukan untuk semakin memperbaiki diri menjadi pendidik yang baik, tetapi hanya berkutik untuk menaikkan gaji atau jabatan. Hal ini sebagaimana para oknum mahasiswa yang sudah bekerja sebagai guru/dosen, namun tetap studi lagi di univeraitas abal-abalan, hanya untuk mencari gelar lebih tinggi dan untuk menaikkan gaji. Maklum, umumnya instansi di Indonesia menggaji karyawan berdasarkan strata yang telah diraih. Contoh lainnya juga jika ada oknum rumah sakit, yang sengaja menarik biaya berobat pasien yang tidak seharusnya. Misalnya sakit yang hanya demam biasa, sengaja di diagnosa sakit demam berdarah, supaya pasien mengeluarkan dana untuk cek labo

Konsep Rejeki dari Air PDAM

Gambar
Sudah hampir setahun, penulis bersama istri hidup di rumah kontrakan dengan pasokan air menggunakan PDAM. Mungkin karena dipakai banyak orang (satu kampung), sehingga setiap paginya air kadang mengalir kecil. Dan seringkali penulis perlu menunggu sampai siang, sampai air mengalir besar kembali untuk mencuci dan mandi. Selain itu, kami juga memiliki tandon, sebagai persedian jika air PDAM tidak mengalir sama sekali. Ikhtibar Disetiap kali air mengalir, biasanya kami utamakan memenuhi timba mandi, kemudian baru ember cuci kami. Karena posisinya agak berjauhan dengan kran, kami mengisi dengan timba sebagai tempat air utama, yang kami letakkan di bawah kran, lalu ember cuci kami penuhi dengan mengambil air dari timba dengan gayung. Ketika air mengalir kecil, kami perlu menunggu agak lama terlebih dahulu, biasanya sampai setengah jam lebih, timba bisa terisi penuh. Aneh dan lucunya, seringkali setiap kali kami menggayuh air untuk memindahkan ke ember, meskipun

Uang Pemerintah adalah Uang Rakyat

Adanya keberanian untuk KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) para pejabat negara, sangat dimungkinkan didasarkan pada anggapan, gaji yang mereka terima adalah uang pemerintah. Salah satu teman penulis yang bekerja disalah satu instansi negara, pernah berucap tentang alasan dia berani menghabiskan dana anggaran akhir tahun, "Halah, ini uang pemerintah kok, kita habiskan juga tidak apa-apa. Kalau tidak habis tahun depan malah dipotong". Kemudian di sisi lain, saat tulisan ini ditulis, masih banyak teman-teman penulis yang terobsesi menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), yang mana ujung-ujungnya berorientasi pada jaminan gaji yang dapat diterima tiap bulan. Pertanyaannya, apakah setiap pegawai negeri sadar jika gaji yang mereka terima adalah uang rakyat? Penulis yakin, jika para PNS dan para pejabat tahu dan sadar gaji mereka berasal dari rakyat, mereka akan berpikir dua kali sebelum mereka melakukan KKN. Gaji pejabat negara, sudah pasti diambil dari pendapatan

Sedekah Kembali 400%

Gambar
Ilustrasi uang makan Suatu waktu, penulis mendapat gaji uang makan sekitar Rp 120 ribu untuk dua bulan. Penulis adalah tenaga freelance disuatu sekolahan swasta, dan memiliki kontrak yang hanya masuk tiga kali dalam satu minggu. Tugas penulis adalah memaintance website, termasuk membuat berita, terkait apapun dengan sekolahan. Sehingga sebenarnya tidak harus selalu masuk kantor, penulis dapat mengerjakan pekerjaan penulis dari jarak jauh, selama bahan berita dikirim oleh pihak sekolahan yang bersangkutan. Dan tiga hari tersebut, adalah dasar uang makan yang diberikan di atas. Satu kali absen, dihargai sekitar lima ribu rupiah. Namun disisi lain, ketika menerima uang tersebut penulis merasa tidak berhak, sebab penulis sering tidak utuh dalam masuk. Contohnya penulis datang mulai jam 12 siang, masuk di tiga hari, di suka-suka hari pilihan penulis, atau meskipun datang, penulis mengerjakan pekerjaan lain yang tidak ada hubungannya dengan sekolah. Oleh kar

Ungkapan Orang Lain Lebih Baik dari Kerabat

Gambar
Ilustrasi kerumunan orang (Sumber: Pixabay/Free-Photos) Banyak sekali orang bilang, dan setuju dengan ungkapan "Dulur koyok wong liyo, wong liyo koyok dulur", atau dalam bahasa Indonesia-nya "Kerabat seperti orang lain, orang lain seperti kerabat". Semula, memang penulis tidak percaya dengan ungkapan tersebut. Karena bagaimanapun juga, kerabat haruslah kerabat. Tetapi setelah melewati begitu banyak masalah antara keluarga dan kerabat, terutama hal waris, meski bukan waris dari jalur keluarga penulis sendiri, penulis membuktikan sendiri ungkapan tersebut adalah benar. Penulis yakin tidak hanya terjadi pada penulis, namun banyak diluar sana yang juga mengalaminya. Menurut penulis, ternyata untuk hubungan darah, yang paling mengikat adalah hanyalah hubungan ayah, ibu dan anak. Kebanyakan hubungan adik dan kakak, tidak sekuat hubungan orang tua dengan anak.  Dan yang paling membuat orang lain seperti kerabat, adalah karena memang karakt

Konsep Random dalam Tahlilan

Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat kelompok yang membolehkan tahlilan, dan ada yang tidak. Bagi yang tidak membolehkan disebabkan karena ajaran ini tidak ada pada jaman Nabi dan termasuk bidah. Dan bagi kelompok yang membolehkan, implementasi konsep random adalah hal yang membolehkan. Tahlilan adalah kegiatan mendoakan orang meninggal. Dan konon diceritakan, ajaran ini dibawa oleh para Wali songo, dan hanya ada di tanah Jawa. Konsep random (acak) yang dimaksud adalah karena kita tidak tahu dari mulut siapa doa akan diijabah oleh Allah. Dengan mengundang banyak orang, meminta tolong berdoa, dan dengan memberikan imbal balik berupa hidangan makanan dan "berkat", yang sekaligus bentuk sedekah, kegiatan ini bertujuan salah satu atau lebih ada orang yang doanya diterima oleh Allah. Tidak hanya tahlilan, sebenarnya berdoa/berdzikir bersama setelah sholat, termasuk juga implementasi konsep random ini.