Konsep Rejeki dari Air PDAM


Sudah hampir setahun, penulis bersama istri hidup di rumah kontrakan dengan pasokan air menggunakan PDAM.

Mungkin karena dipakai banyak orang (satu kampung), sehingga setiap paginya air kadang mengalir kecil. Dan seringkali penulis perlu menunggu sampai siang, sampai air mengalir besar kembali untuk mencuci dan mandi.

Selain itu, kami juga memiliki tandon, sebagai persedian jika air PDAM tidak mengalir sama sekali.

Ikhtibar
Disetiap kali air mengalir, biasanya kami utamakan memenuhi timba mandi, kemudian baru ember cuci kami.

Karena posisinya agak berjauhan dengan kran, kami mengisi dengan timba sebagai tempat air utama, yang kami letakkan di bawah kran, lalu ember cuci kami penuhi dengan mengambil air dari timba dengan gayung.

Ketika air mengalir kecil, kami perlu menunggu agak lama terlebih dahulu, biasanya sampai setengah jam lebih, timba bisa terisi penuh.

Aneh dan lucunya, seringkali setiap kali kami menggayuh air untuk memindahkan ke ember, meskipun air di timba belum penuh, aliran air justru mengecil dan mati.

Ketika kami coba tinggal dulu, dengan melakukan pekerjaan yang lain, aliran air kembali membesar dan sedikit demi sedikit memenuhi timba kembali.

Rejeki
Melihat kejadian ini, penulis dapat mengambil pelajaran, jika mungkin seperti inilah konsep rejeki yang diberikan oleh Tuhan.

Air adalah sebagian dari bentuk rejeki.

Ketika kita melakukan hal lain yang tidak terkait dengan rejeki tersebut, bahkan tidak dipikirkan, justru rejeki itu akan datang dengan sendirinya.

Dan ketika kita berusaha untuk memanfaatkannya, menghabiskan, membelanjakan, memikirkan atau bahkan dengan sengaja berusaha serakah untuk mendapatkannya secara berlebihan. Justru rejeki tersebut akan surut, seret atau bahkan mati.

Namun dengan Kebesaran Tuhan, beberapa waktu kemudian rejeki yang mati, akan datang kembali.

Hal ini penulis rasa adalah bentuk dari takaran.

Rejeki orang sudah ada takarannya, dan itu sudah ditentukan oleh Tuhan juga.

Manusia hanya berkuasa untuk berusaha.

Seperti membayar tagihan PDAM, membuat kran, menyiapkan wadah, dan lain sebagainya.

Untuk berapa takaran yang diterima, sepenuhnya tergantung pada takaran rejeki orang itu sendiri, pada waktu itu.

Berubah
Disamping itu, Tuhan juga tidak akan merubah suatu kaum, jika kaum itu tidak mau merubah dirinya sendiri.

Rejeki air seseorang dapat dirubah, ditambahkan dengan memaksa memasang pompa air, atau dengan membuat sumur.

Tapi perlu diingat, jika debit air sama saja, meskipun disedot dengan pompa air pun, pasti volume yang didapatkan tidak jauh beda.

Justru diperlukan biaya tambahan seperti membeli pompa, membayar tagihan listrik, atau denda jika dari pihak PDAM menganggap kita melakukan pelanggaran.

Oleh karena itu mungkin kita perlu menambah pompa air atau semacamnya, untuk menambah rejeki air kita. 

Namun pastinya tambahan itu juga ada takarannya.

Yang mana jika kita memaksa mengambilnya, juga harus sewajarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Larangan Menonton Film Anak Kecil

Godaan Setan dari Memandang Istri Orang

Kejahatan dari Kepintaran yang Bodoh