Larangan Menonton Film Anak Kecil
Kadang penulis merasa aneh, kenapa orang tua melarang anaknya untuk menonton film-film barat.
Apakah begitu berbahayanya film barat tersebut untuk perkembangan anaknya? atau hanya suatu tindakan yang berlebihan?
Penulis hidup di pedesaan, dan rata-rata orang tua di desa penulis berpendidikan berasal dari pondok pesantren. Dan wajar, jika mereka melarang menonton film barat kepada anak-anaknya tersebut, karena saya yakin mereka sendiri tidak menonton karena memang dilarang oleh Kyai mereka.
Perkembangan Teknologi
Budaya barat yang terlalu vulgar, seperti ciuman, cara berpakaian, dan terutama perbedaan agama, memang hal utama yang menjadi alasan pelarangan tersebut. Namun perlu kita tahu juga, perkembangan teknologi terbaru, banyak di publikasikan melalui film.
Contoh film Star Wars, dalam film tersebut banyak sekali teknologi-teknologi, baik teknologi yang sudah ditemukan atau masih berupa ide, ditayangkan dan dikemas secara apik oleh pembuatnya.
Lain halnya dengan film bertema zombies, meski disitu ditampilkan kekerasan dan hal-hal yang menjijikkan. Perkembangan teknologi masih juga ditampilkan, terutama teknologi medis.
Perkembangan teknologi terbaru sebenarnya bagus dikonsumsi oleh anak-anak. Karena setidaknya mereka tahu, bahwa sudah ada teknologi semacam itu di dunia mereka, atau saat mereka dewasa nanti. Tetapi dengan bumbu yang bermacam-macam itulah, yang menjadikan teknologi yang dikemas di film, menjadi tidak aman ditonton, meski orang dewasa sekalipun.
Namun, jika anak-anak tidak di larang menonton, ketika dewasa mereka juga akan kecenderungan melarang anak-anak mereka, yang artinya anak-anak generasi selanjutnya juga akan semakin ketinggalan jaman.
Tidak semua film barat vulgar
Film Beatiful Mind misalnya. Film tersebut tidak begitu menampilkan hal-hal yang vulgar. Dalam film tersebut malah ditampilkan bagaimana seorang mahasiswa memperoleh gelar Doktor-nya dibidang matematika.
Di Indonesia, mungkin sedikit sekali yang menyukai matematika. Tetapi dengan melihat film tersebut, setidaknya penonton tahu bagaimana cara mendapatkan gelar Doktor di Universitas Princeton.
Kesibukan Orang Tua
Penulis pernah mendengar, seorang pakar anak mengatakan, untuk kegiatan menonton film, termasuk juga menonton televisi, anak harus selalu didampingi oleh orang tuanya. Dan orang tua wajib mengarahkan dengan berupa nasehat, ketika ada sesuatu yang tidak baik dipertontonkan.
Permasalahannya, apakah semua orang tua mampu melakukan hal tersebut. Dengan kesibukan mereka, yang kadang mengharuskan pergi kerja pagi dan pulang sore, orang tua tidak akan selalu sempat mendampingi anak-anaknya.
Film Animasi
Akhirnya, orang tua memperbolehkan anaknya melihat film bergenre animasi. Karena banyak orang tua berpikir, film animasi memang diperuntukkan untuk anak. Sehingga mereka yakin kalau isinya juga aman dikonsumsi anak-anak mereka.
Namun apakah semua film animasi aman dikonsumsi anak-anak?
Film animasi seperti Sopo Jarwo dan Ipin Upin menurut penulis, memang aman dikonsumsi oleh anak-anak. Film animasi selain itu, penulis tidak merokemendasikan anak ditinggal menonton sendiri tanpa didampingi orang tuanya.
Di Youtube misalnya, masih penulis sering temui film-film animasi yang menunjukkan kekerasan, percintaan, atau hal-hal dewasa yang lainnya, seperti halnya film yang diperankan oleh aktor pada umumnya. Sehingga sangatlah tidak aman untuk melihat film animasi untuk anak dibawah umur, jika orang tua juga belum menonton dan memfilernya terlebih dahulu.
Solusi
Bagaimana solusinya? Apa sebenarnya yang perlu diperhatikan?
Solusi ini adalah menurut pandangan penulis pribadi, dan berdasarkan pengalaman penulis sebagai anak. Pembaca berhak menyetujui atau sebaliknya.
Pertama, perkuat ilmu agama anak semasa kecil, paling tidak cekokan ilmu agama sampai usia 17 tahun. Anak sampai seusia itu paling tidak karakter asli dia akan mulai terbentuk. Dan biasanya diusia tersebut, anak sudah mulai mengerti tentang bagaimana itu bekerja, bertanggung jawab dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Kedua, selain perkuat ilmu agama, jangan terlalu biarkan anak asyik dengan gadget. Termasuk juga televisi. Hal yang paleng mudah dicerna oleh anak adalah apa yang dia lihat. Jika tidak didampingi oleh orang tua, sudah pasti bukan hal baik saja, namun juga hal buruk yang dia lihat melalui gadgetnya. Penulis rasa inilah yang dilakukan oleh Steve Jobs dan Bil Gates, mereka melarang anak-anak mereka mengenal teknologi, sebelum diperkirakan cukup umur mereka.
Ketiga, perhatikan pergaulan teman. Salah satu hal utama yang perlu diperhatikan dari anak, adalah teman-temannya. Jika anak bergaul dengan anak yang nakal, sudah pasti 80% anak tersebut dalam kondisi nakal, 20% persennya adalah karakter asli dia yang sedang berusaha melawan kenakalan dia sendiri tersebut. Jika 20% karakter asli dia ternyata juga nakal, maka berarti anak itu 100% nakal.
Keempat, utamakan pendidikan umum. Pendidikan agama memang penting, pendidikan umum penting juga. Pendidikan umum ini adalah sebagai bekal anak untuk hidup bersosial dengan masyarakat. Tidak selamanya anak akan hidup di masyarakat tempat kelahirannya saja, adakalanya anak harus berkelana ke negeri orang, seperti kuliah di kota yang berbeda.
Kelima, perkuat logika berpikir anak. Dengan mempunyai logika yang kuat. Anak akan sangat mudah menyimpulkan segala permasalahan yang sedang dia hadapi. Untuk melatih logika ini, orang tua harus pintar-pintar mengarahkan anaknya bersama dengan hal-hal kesenangan/kesukaan dia. Penulis menyarankan, lebih baik anak difokuskan dan difasilitasi dengan kesukaannya tersebut, dibanding dia bekerja membangun apa yang disukainya bersama dengan teman-temannya. Selama mereka masih bisa sendiri, lebih baik orang tualah yang menjadi teman mereka. Tetapi lambat laun, orang tualah yang juga bertugas memerintahkan anak berteman dan memfilter teman-teman yang cocok untuk perkembangan anak-anaknya itu.
Kemudian apa hubungan menonton film dengan kelima hal-hal yang perlu diperhatikan di atas?
Jika kelima hal di atas terkontrol dengan baik. Akan sangat dimungkinkan bahwa anak akan tumbuh dengan baik dan berlogika sesuai dengan kecerdasan/kepintaran dia sendiri. Logika tersebut adalah filter terbaik bagi anak. Sehingga ketika dia melihat film yang tidak sesuai kata hatinya, maka bersama segala ilmu yang telah dia miliki, anak tersebut akan dapat menilai mana itu yang baik, boleh, hanya animasi, kenyataan, teknologi dan lain sebagainya.
Dengan adanya filter yang tertanam, akan sangat dimungkinkan malah kita akan menyuruh mereka menonton film, apapun itu bentuk dan asal filmnya.
Komentar
Posting Komentar