Bodoh itu Berarti Mengerti tapi Mengingkari
Kata bodoh ternyata mempunyai arti tidak sesuai yang penulis sangka. Mulanya penulis kira orang bodoh adalah orang tidak tahu sama sekali tentang apa yang dilakukannya, atau kesalahan yang dia lakukan. Namun kata bodoh malah berarti sebaliknya, orang bodoh adalah orang yang sudah tahu dan mengerti tentang apa yang dia lakukan dalam hati, tetapi dia mengingkarinya dengan perilaku yang ditunjukkannya.
Salah satu contohnya adalah Abu Jahal. Paman Nabi Muhammad SAW. Dia mengetahui kalau Agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW itu benar, akan tetapi hanya karena keegoisannya saja Dia mengingkarinya dan malah memerangi Nabi sampai mati.
Satu contoh lagi dan ini adalah kisah nyata, terdapat seorang suami yang telah mempunyai 3 anak. Entah karena ketidak-mampuannya atau apa, sampai dia menjadi tua, hidup masih saja ikut dengan mertua. Bahkan sampai mertuanya meninggal. Makan pun tetap ikut mertua, dengan pekerjaan yang dia kerjakan adalah apa adanya dan seakan tak mau ingin berkembang.
Mertuanya mempunyai sebuah mushola yang begitu ketika beliau meninggal mushola tersebut diwakafkan. Karena mertuanya telah meninggal, maka warga kampung memberinya kuota menjadi imam mushola diwaktu Ashar, Maghrib, dan Isya. Mungkin hal ini karena warga kampung ingin menghormati mertuanya ini.
Tetapi di sinilah letak kebodohan tersebut, sang suami itu hanya mau berangkat ke mushola hanya ketika dia menjadi Imam, namun ketika dia menjadi makmum, untuk waktu subuh dan dzuhur, dia malah tidur di kamar. Dan itu selalu dan penulis tidak tahu apa alasannya.
Kebodohan lainnya adalah ketika dia menasehati anak-anaknya tentang sholat. Seakan sholat itu hanya kewajiban seorang muslim satu-satunya. Misalnya ketika anaknya tidak mau sholat, dia menceramahi anak-anaknya dengan menyebut-nyebutkan akan menjadi temannya setan di neraka. Padahal banting tulang mencukupi kehidupan keluarga, itu juga kewajiban seorang muslim. Bahkan ketika seorang muslim meninggal saat dia bekerja untuk keluarganya, dia akan termasuk mati sahid.
Kemudian ketika memarahi anaknya tentang pellit, kebodohan yang selanjutnya adalah tentang bagaimana tidak menyadari dari siapa ke-pelit-an anaknya itu. Pepatah bilang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, dan yang penulis tahu pelit itu suatu karakter yang dapat diturunkan.
Apakah sang suami ini tidak tahu akan kewajiban seorang muslim? Dia seorang Imam di mushola.
Apa dia tidak mampu mempunyai pekerjaan yang layak? Temannya ngobrol dapat pergi haji dengan menjual bunga, sama seperti yang dia kerjakannya selama ini.
Apakah mertuanya dulu tidak membantunya? Sudah sampai anak ketiga dan terhitung 20 tahun lebih. Bahkan sampai beliau meninggal. Entah sebesar gunung apa kesabaran beliau jika dikumpulkan tiap detiknya.
Apakah ini kebodohan itu tidak tahu apa-apa? Justru bodoh itu berarti mengerti tapi mengingkari.
Semoga Allah SWT selalu melindungi penulis dari kebodohan seperti itu, dan segera memberi hidayah kepada sang suami ini sebelum waktu tidak ada padanya.
Sehingga kesimpulan penulis, kebodohan itu bukan berarti tidak tahu apa-apa. Tetapi malah sebaliknya tahu bahkan mengerti dalam hati, namun mengingkari secara perbuatan.
Komentar
Posting Komentar